Senin, 09 Januari 2012

RIWAYAT KEHIDUPAN DARI PADA WURI MUDA (WURIK SOMBOR)

Pada waktu kedatangan bangsa Portugis di tanah Minahasa di zaman dahulu, maka ayah dari pada Wurik Muda ini yang asli berkebangsaan Portugis datang dan bertemu dengan ibunya Wurik pada suatu wilayah kampung tua yang namanya sekarang Kinilow. Ketika bertemu akhirnya kedua saling jatuh cinta dan akhirnya menikah. Dari pernikahannya ini kemudian mendapatkan anak yang diberi nama dalam bahasa Portugis.

Ketika wurik muda sudah mulai remaja maka ayahnya mengajak berlayar ikut kapal Portugis menjelajahi dunia. Dari perjalanan inilah akhirnya Wurik muda mendapatkan ilmu beberapa bahasa Negara-negara yang sempat dikunjunginya selain bahasa-bahasa yang sudah diajarkan ayahnya. Dan memang seorang wurik muda cukup pinter dan lihai dalam pergaulan di kalangannya, juga seorang yang gagah dan tampan seperti ayahnya yang berkebangsaan portugis.

Setelah sekian lamanya merantau ke beberapa negara yang disinggahi kapal portugis yang ditumpanginya, Wurik Muda semakin dewasa dan akhirnya suatu waktu Wurik Muda pulang dan kembali ke kampung halamannya yang sekarang namanya Kinilow dimana ibunya tinggal dan sebagai tempat asal lahirnya. Ketika Wurik Muda pulang dan sampai di kampung ibunya sudah menikah dengan seorang yang cukup disegani dikampung ini, karena ibumnya adalah seorang yang cukup cantik di kampung, maka disuntinglah ibunya dari Wurik muda ini oleh seorang ketua di kampung ini dan cukup disegani karena ilmunya yang tinggi. Orang ini atau Ayah tiri dari Wurik muda bernaman Wurik Tua. Dari kehebatan ilmu yang dipegang dari pada Wurik Tua sehingga sangat disegani dikampungnya waktu itu. Nama “Wurik” diambil dari nama Ayah tirinya yang bernama “Wurik”, jadi Wurik Tua untuk ayah tirinya, sedangkan Wurik Muda untuk anaknya, yang dulunya Wurik muda diberi nama dalam bahasa Portugis. Di masa semakin dewasa wurik muda termasuk orang yang suka bergaul dikampung bahkan sampai keluar kampung, apalagi ketampanannya dan pinter berbahasa asing dari beberapa negara, maka dari itulah seorang wurik muda banyak dilirik oleh wanita-wanita cantik baik dikampungnya maupun di luar kampung.

Selain itu seorang Wurik Muda pinter berhitung dan juga ilmu dari ayah tirinya diturunkan kepadanya sehingga semakin dewasa Wurik Muda sering berganti-ganti wanita atau gadis-gadis cantik apabila dia menginginkannya. Jadi kehidupannya sukanya berkelana dari satu kampung ke kampung lain dimana bilamana dia inginkan, sampai-sampai di seluruh kampung yang dikunjunginya banyak orang mengenalnya dan cukup disegani apalagi ayahnya dikenal orang yang cukup berilmu, maka dari itulah Wurik muda terkenal dimana-mana apalagi dikalangan wanita atau gadis-gadis cantik. Keunggulan-keunggulan dari pada wurik Muda atau dalam bahasa Tombulu (Wurik Sombor) inilah selain tampan bertubuh tinggi besar, pinter berbahasa dari beberapa negara maupun suku-suku di Indonesia serta mempunyai ilmu yang diturunkan padanya dari ayah tirinya berupa pegangan yang bisa menghilangkan dirinya, kebal barang tajam, pinter berjudi dan pinter mengait para wanita/gadis muda serta pinter bela diri. Itulah yang namanya seorang Wurik Muda (Wurik Sombor) di zaman kehidupannya waktu itu. Namun perilaku dari pada Wurik Muda semakin lama dinilai orang tuanya sudah melebihi batas-batas norma maka orang tuanya melarangnya berbuat demikian atas perilakunya tersebut. Tetapi karena Wurik Muda tetap saja tidak mau dinasehati akhirnya hubungan antara ayah dan anak mulai renggang dan sering kali keduanya berbeda pendapat. Akhirnya kedua-duanya tidak bisa saling bertemu dan bila bertemu maka perselisihan akan terjadi. Akhirnya Wurik Muda selalu mengalah dan pergi apabila bertemu dengan ayahnya Wurik Tua.

Demikian pula para teman-teman maupun saudara-saudara dari Wurik Tua setelah mengetahui perilaku dari Wurik Muda maka mereka tidak menerimanya juga.  Sebelumnya mereka sangat menyayangi Wurik Muda. Akhirnya Wurik muda berkelana sampai ke luar negeri ini dalam kurun waktu yang cukup lama karena bisa dan mahir berbahasa asing dan beliau cukup terkenal juga dimana dia mengunjungi tempat-tempat atau negara-negara maupun daerah-daerah yang ada di Indonesia ini terutama dipulau Jawa. Seorang Wurik muda biasanya berpakaian ala Portugis dengan khasnya dengan pakaian yang banyak kancingnya, bertopi orang Portugis/ pelaut dan bersepatu portugis pula dengan sebuah pedang disamping kirinya selalu selama bepergian. Hal ini merupakan kebiasaannya sejak ayahnya yang berkebangsaan Portugis  waktu masih bersama-sama dengannya sampai dewasanya yang berkepribadian sama halnya orang Portugis. Seorang Wurik muda karena pergaulannya sehingga banyak temannya sewaktu dia hidup baik di wilayah Kinilow waktu itu maupun Kinaskas atau kakaskasen dan sekitarnya bahkan dimana dia datangi di wilayah atau tanah Minahasa ini bahkan sampai ke luar negeri pada masa kehidupannya.
Maka dari itu Wurik muda dimana-mana mempunyai anak buahnya beserta ajudannya sewaktu dia sudah dewasa dan dari pengawal-pengawalnya sudah dibekali dengan ilmu kesaktian daripadanya pula. Dizaman sekarang yakni antara kampung Kinilow dan Kakaskasen pada perbatasan dari kedua kampung ini kita bisa jumpai sebuah pohon damar yang besar dan rindang, kononnya menurut cerita di tempat ini merupakan tempat pertapaannya diwaktu itu, dan hingga sekarang masih ada beberapa Tua-tua atau para Tonaas di wilayah kedua perkampungan ini sering mengadakan ritual-ritual budaya untuk penghormatan dan maksud tujuan-tujuan tertentu. Sebetulnya ilmu kesaktian dari pada si Wurik Muda (wurik Sombor) ini cukup terkenal dikalangan masyarakat pada waktu itu seperti jaga diri (pahpakean /pakaian), pencarian/rejeki, cari jodoh dan sebagainya sampai pada penciptaan uang dan pengambilan benda-benda berupa pusaka dan sejenisnya.

Namun terkadang si Wurik Sombor sendiri memberi contoh yang tidak terpuji dihadapan orang-orang pada waktu itu dan justru dari pada inilah beliau sering ditantang dari pada pemuka adat baik dikampunyg maupun di luar kampung dimana dia berada, apalagi ayahnya tirinya sendiri tadi yakni si Wurik Tua. Jadi para leluhur di zaman itu sangat betentangan dengan perilaku dari pada wurik muda atas perilakunya yang terkadang sudah melewati batas norma-norma yang ada, padahal diantara para leluhur banyak yang segani kepiawaiannya, atas ilmu kesaktian yang didapatkan dari sang ayahnya, namun halnya dari kepiawaiannya inilah akhirnya menjadi kerenggangan dan keretakan hubungan baik dari pada teman-temannya sendiri, petua-petua dikampung bahkan ayahnya sendiripula. Selama perjalanan si wurik sombor ini dimasa hidupnya di beberapa wilayah yang ada di Minahasa beliau banyak menurunkan ilmu kepada orang-orang yang dijumpai dan sudah merupakan pengikutnya, tapi ilmu yang diturunkannya hanya sebagian kecil dari padanya
Sebenarnya seorang Wurik Muda adalah penurut dan sangat menghormati orang tuanya dan para tetua-tetua dikampungnya  dan bahkan karena rajinnya beliau maka sering setiap ada permasalahan di kampung para tetua-tetua atau leluhur-leluhur yang lebih tua dari padanya waktu itu selalu memerintahkan padanya untuk diselesaikannya baik masalah adat dan sebagainya. Kepercayaan dari tetua-tetua ini dikarenakan ilmu yang ada padanya dinilai sangat sakti dan lebih tinggi dari pada mereka sendiri, maka dari itulah dimana beliau mengunjungi suatu wilayah beliau sangat disegani dan dihormati orang-orang di kampung itu, dan akhirnya lama kelamaan si Wurik Muda banyak pula yang tidak menerima atas perilakunya yang dinilai sudah tidak wajar lagi dengan norma-norma adat. Jadi itulah kehidupan seorang Wurik Muda (Wurik sombor) yang cukup dikenal dikalangan masyarakat di zamannya waktu itu.

Di wilayah Nawanua Kinaskas atau Kampung Baru Kakaskasen Tiga sekarang tidak jauh dari pekuburan para leluhur (waruga) ke arah Timur + 500 meter terdapat suatu batu berbentuk kepala Manguni yang kononnya merupakan tempat persinggahan dan peristirahatan dari si Wurik Sombor sewaktu beliau mengadakan perjalanan ke beberapa wilayah di Minahasa. Juga menurut cerita selain dari pada Pohon damar yang besar yang terdapat di kebun salugan yang merupakan batas kedua kampung yakni Kinilow dan Kakaskasen sekarang adalah tempat persinggahan dan pertapaan beliau bergitu juga halnya di tempat yang sudah disebut di atas yakni di batu kepala manguni sama halnya demikian. Batu yang berbentuk kepala manguni terletak tidak jauh dari 3 batu saling menghadap (watu Pahsaruan) yang berlokasi sekarang bernama kebun Sarang, termasuk kompleks perkampungan baru Kinaskas atau sekarang Kakaskasen Tiga. Di tempat inilah sampai sekarang masih banyak para tua-tua di kampung atau para Tonaas sering mengadakan Ritual adat untuk menghormatinya selain maksud tujuan-tujuan tertentu pula. Dan tidak jauh dari tempat ini yang hanya kira-kira 500 meter ke arah Barat terdapat kuburan (Waruga) dari pada si Wurik Muda (Wurik Sombor) ini.

Sumber informasi dan data dari Minaesaan Tombulu (Tomohon)

WATU PAHRUMEZAN DAN PAHZETAAN NI TUMALUN, TOMOHON

Di wilayah kekuasaan Dotu Rumengan yakni di gunung Mahawu, terdapat suatu batu yang berbentuk kursi atau kadera, tepatnya di kebun Limbaan. Batu kadera (pahrumezan) ini sudah dari sejak zaman batu atau zaman prasejarah keberadaannya sesuai dengan kehidupan leluhur waktu itu dimasa lampau.

Batu ini disebut batu kadera atau pahrumezan karena bentuknya sama dengan kadera dan dizaman leluhur waktu itu digunakan sebagai tempat duduk pada waktu beristirahat kalau melewati tempat itu dalam rangka berburu. Leluhur ini bernama Tumalun = orang yang tinggal di hutan dan pekerjaannya memburu binatang. Tumalun biasanya kalau melakukan perburuan biasanya ditemani oleh beberapa ekor anjing sebagai teman berburunya, dan seluruh wilayah hutan serta seluk-beluk isi hutan sudah dikuasainya.

Dalam hal ini bisa dikatakan orang yang menguasai hutan hampir di seluruh Malesung ini, dan ilmu tentang hutan juga dikuasainya. Tumalun bertempat tinggal di sebuah goa yang terdapat di wilayah gunung Mahawu beserta dengan beberapa ekor anjingnya. Pada waktu menjelajahi hutan biasanya sesampai di batu kadera tadi maka Tumalun melakukan peristirahatan sambil duduk dan mengamati wilayah hutan di wilayah ini.
Dari hal inilah maka tempat ini dinamakan “watu Pahrumezan di Tumalun”, atau batu tempat duduk dari

Tumalun ketika beristirahat, dan sampai zaman sekarang ini para tua-tua di kampung dari sejak dahulu sampai sekarang masih ada yang melakukan upacara ritual adat untuk penghormatan kepada sang penguasa hutan ini di tempat yang dimaksud tadi. Batu kadera ini sampai sekarang kita bisa jumpai yang terdapat di lereng gunung Mahawu yakni dikebun yang bernama kebun Limbaan yang artinya adalah suatu tempat yang lebih dari tempat-tempat lainnya. Dan bila kita ke tempat atau ke wilayah watu pahzaruan yang terdapat di wilayah nawanua kinaskas dekat dengan pekuburan leluhur (waruga) kira-kira berjarak + 500 meter dari tempat ini terdapat suatu meja dari batu, yang biasanya tempat meletakkan dari pada hasil buruan dan sebagai tempat ucapan syukur dari pada leluhur ini, yakni Tumalun waktu itu. Batu meja ini atau “watu pahzetaan ni Tumalun” ini sudah tidak jauh dari batu utama di tempat ini yakni batu 3 baku mangada (watu pahzaruan) yang biasanya ditempat ini daripada anak-anak Toar dan Lumimuut mengadakan pertemuan di zaman waktu itu, diantaranya yakni Pinontoan, Rumengan dan Soputan. Jarak dari batu 3 baku mangada kearah Utara hanya sekitar + 9 meter dari batu ini dan lokasi tempat batu-batu ini berada sekarang yang disebut kebun sarang. Demikianlah riwayat tempat-tempat baik sebagai tempat peristirahatan dan meja pahzetaan dari pada leluhur si penguasa hutan waktu itu yakni Tumalun yang sampai sekarang kita bisa jumpainya di kedua tempat tadi yang berada di wilayah Kinaskas atau kakaskasen sekarang.

(Sumber Data dan Informasi dari Minaesaan Tombulu Tomohon)